Konsumsi ganja berpotensi gandakan risiko episode psikotik pada remaja

Konsumsi ganja atau mariyuana memang menjadi perdebatan yang terus menerus di masyarakat. Banyak yang berpendapat bahwa ganja memiliki manfaat medis yang signifikan, namun tidak sedikit yang menentang penggunaannya karena efek buruk yang mungkin ditimbulkannya.

Belakangan ini, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa konsumsi ganja dapat meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of Warwick, Inggris, mengungkapkan bahwa remaja yang mengkonsumsi ganja memiliki dua kali lipat risiko mengalami episode psikotik, seperti halusinasi dan delusi, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsinya.

Menurut para peneliti, zat aktif dalam ganja yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) dapat mempengaruhi fungsi otak, terutama pada remaja yang sedang dalam masa perkembangan otaknya. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan kimia otak dan meningkatkan risiko terjadinya episode psikotik.

Selain itu, konsumsi ganja juga dapat memicu munculnya gangguan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk lebih waspada dalam mengkonsumsi ganja atau mariyuana, mengingat dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya.

Untuk itu, peran orang tua dan pendidikan yang lebih intensif tentang bahaya ganja perlu ditingkatkan. Remaja perlu diberikan pemahaman yang jelas tentang efek negatif ganja pada kesehatan mental mereka. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan regulasi yang lebih ketat terkait penjualan dan penggunaan ganja, agar dapat mengurangi risiko episode psikotik pada remaja.

Dengan demikian, diharapkan para remaja dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait konsumsi ganja, demi menjaga kesehatan mental mereka dan mencegah terjadinya risiko episode psikotik yang dapat mengganggu kehidupan mereka di masa depan.